id="fb-root"> expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Translate

Laman

Jumat, 19 Juni 2020

Hati Kudus Yesus, Surat Cinta Yesus Bagi Dunia


     Bulan Juni dikonsekrasikan kepada Hati Kudus Yesus, sedangkan dunia meresmikan bulan ini sebagai bulan untuk merayakan "cinta" bagi orang-orang dengan kecenderungan LGBTQ. Namun sepertinya, tak perlu mengira mana kira-kira yang akan dirayakan lebih meriah oleh manusia dan mana yang lebih menarik perhatian mereka, atau paling tidak mana yang lebih menarik untuk dipromosikan. Bila kita melihat lebih dekat, sebenarnya kedua "perayaan" ini menawarkan satu hal yang mungkin konsepnya agak bias di zaman ini, CINTA. Yang satu mengajak manusia untuk merenungkan, menghidupi, dan mencintai Dia yang HatiNya terus terbakar cinta untuk kita, yang satu mengajak orang untuk mempromosikan "cinta". Yang satu mengajarkan cinta yang adalah pemberian dan pengorbanan diri, yang satu mengajarkan "cinta" yang adalah menggunakan tubuh sebagai objek kenikmatan belaka. Jadi bagaimana dunia seharusnya memandang cinta? Lantas apakah relevansinya Hati Kudus Yesus bagi dunia?
     Bulan Juli 2019 aku mengikuti sebuah acara yang bernama "YOUTH FORUM", sebuah acara yang diadakan oleh Komunitas Emmanuel yang pada saat itu mengambil tema "Abide in My Love" atau "Tinggallah dalam Cinta Ku". Pada salah satu sesi, yang meskipun tidak sedikit peserta mendengarkan sambil menahan kantuk atau bahkan ada yang sudah terlelap di nina bobokan udara sejuk dan waktu yang masih pagi, ada hal menarik yang saat itu membekas di hati dan pikiranku. "Dunia Krisis Cinta!" kurang lebih itulah yang ku dapat dari pengajaran itu. Sangat menarik pikirku, di saat yang lain membahas krisis ekonomi, atau krisis sumber daya alam, hari itu pembahasannya adalah krisis cinta! Sejenak aku berpikir, memproses dalam otakku apakah maksudnya, bukankah kata "i love you" masih sering terdengar dan pelukan atau kecupan masih sering dilakukan orang, lalu apa maksudnya krisis cinta?


     Saat itu kami dihidangkan beberapa cerita orang kudus yang berdevosi kepada Hati Kudus Yesus seperti Santa Gertrudis dan Santa Margareta Maria Alacoque. Masih jelas di ingatanku kisah Santa Gertrudis yang ketika mengalami penglihatan Yesus bersama Santo Yohanes, rasulNya, bertanya kepada Yohanes: "Apakah detak jantung yang menggembirakan jiwaku ini juga menggembirakan jiwamu saat kamu menyandarkan diri di dada Sang Penebus selama perjamuan terakhir?"  Santo Yohanes kemudian menjawab: "Ya, aku mendengarnya dan jiwaku ditembus dengan kemanisan hingga ke pusatnya." mendengar itu Santa Gertrudis pun kembali bertanya: "Jadi mengapa engkau sedikit berbicara tentang rahasia Hati Yesus yang penuh kasih di Injilmu?" Santo Yohanes  pun menjawab: "Tugasku adalah menulis tentang Sang Sabda, tetapi misteri Hati Kudus Yesus diungkapkan untuk zaman akhir, ketika dunia yang semakin dingin akan kasih Allah dapat dihangatkan dengan mendengar misteri itu." Kisah itu dilanjutkan dengan kisah yang datang dari beberapa abad setelahnya, ketika Yesus kembali menyampaikan pesan CintaNya kepada Santa Margareta Maria Alacoque: "HatiKu begitu penuh cinta untuk manusia sehingga tdak dapat lagi membendung api inta yang membara. Aku harus menunjukkan kepada manusia Harta HatiKu dan menyelamatkan mereka dar kebinasaan." Kedua kisah ini secara khusus kembali aku renungkan pada hari ini, Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus.


     Apa sih cinta itu? Pertanyaan itu anehnya terus muncul di pikianku. Padahal kata itu dapat ditemui hampir dimanapun dan kapanpun, tidak seperti "afeksi" atau "transubstansiasi" misalnya, namun tetap aku belum benar-benar memahami apa yang sebenarnya dimaksud dengan cinta. Apakah hanya sekadar perasaan berdebar atau nyaman bersama seseorang? Apakah sekadar canda tawa dan senyuman, pelukan dan ciuman? Pertanyaan itu akhirnya terjawab. Cinta adalah pemberian diri dan pengorbanan, berbeda dengan "cinta" yang biasa dunia kita promosikan yang mungkin seharusnya diberi istilah nafsu sebab bukan pemberian dirilah yang dilakukan, melainkan perampasan diri orang lain untuk kenikmatanku. Di titik itu aku mulai mengerti "krisis cinta" yang dimaksud. 

     Saudara-saudari yang terkasih, dunia kita sedang krisis cinta. Manusia, di kedalaman jiwanya yang tertimbun kekacauan dunia, menantikan cinta dari Sang Cinta, juga menantikan cinta dari sesamanya, tak lupa tertanam pula kerinduan untuk mencintai. Mencintai Allah, dan mencintai sesamanya yang adalah ciptaan Allah, juga menghargai dirinya sendiri sebagai makhluk yang bermartabat. Sayangnya hal itu di zaman ini seperti sebuah dongeng indah yang takkan terwujud, digantikan sudah oleh "promosi nafsu" yang sedang gencar dunia jalankan. Oleh sebab itulah, Allah, Sang Cinta, memberikan surat cintaNya bagi dunia. Memberikan kepada manusia pemenuhan akan kerinduan mereka yaitu Cinta. Ia, yang HatiNya terus terbakar cinta membara kepada kita memanggil kita untuk tinggal dalam CintaNya dan untuk mencintai. Ia memanggil kita untuk mengobarkan api cinta di tengah dinginnya dunia yang seakan tak ingat lagi apa itu cinta. Hati Kudus Yesus, adalah jawaban atas semua persoalan dunia, atas krisis cinta yang melanda dunia.

     Marilah memandang HatiNya yang terbakar cinta untuk kita dan menenggelamkan diri dalam lautan CintaNya. Biarkanlah hati kita belajar dari Hati KudusNya apa itu cinta, dan bagaimana mencintai. Marilah menjawab pangilanNya yang terus berkata: "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan."  (Mat 11:28-30)
Hati Kudus Yesus, jadikanlah hati kami seperti HatiMu. Amin



Jumat, 19 Juni 2020
Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus

-SDCV-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...