id="fb-root"> expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Translate

Laman

Senin, 17 September 2018

Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Arif dan Berkesinambungan



“LAUDATO SI mi Signore” – “Terpujilah Engkau, Tuhanku.” Dalam nyanyian yang indah ini, Santo Fransiskus dari Assisi mengingatkan kita bahwa rumah kita bersama bagaikan saudari yang berbagi hidup dengan kita, dan seperti ibu yang jelita yang menyambut kita dengan tangan terbuka. “Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari kami, Ibu Pertiwi, yang menopang dan mengasuh kami, dan menumbuhkan berbagai bauh-buahan, berserta bunga warna-warni dan rerumputan.”
-          Paragraf I Pengantar Ensiklik ‘Laudato Si’ Paus Fransiskus –

Bumi dan segala isinya adalah rahmat Tuhan Yang Mahakuasa bagi manusia. Segala hasil bumi di atas tanah, pertanian, perkebunan, hutan, dan segala isinya; di bawah tanah dengan hasil tambang; di laut dengan segala kekayaannya adalah  ‘hadiah’ takternilai dari Sang Pencipta. Manusia, sebagai makhluk berakal budi memiliki peran dalam merawat bumi dan segala kekayaannya, rumah kita bersama dengan arif dan berkesinambungan tak hanya untuk kelangsungan generasi ini tetapi juga untuk kelangsungan generasi yang akan datang.

Apa itu pemanfaatan Sumber Daya Alam yang ‘arif’ dan ‘berkesinambungan’? Pemanfaatan adalah suatu proses atau cara untuk memanfaatkan atau menggunakan sesuatu. Arif berarti bijaksana, yaitu tindakan yang dilakukan dengan menggunakan akal budi dengan cermat dan hati – hati. Sedangkan berkesinambungan berarti berlanjut atau terus menerus. Maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang arif dan berkesinambungan adalah suatu cara atau proses untuk menggunakan SDA dengan cermat dan berhati-hati agar dapat berlanjut terus – menerus dan dinikmati oleh generasi yang akan datang.

Mengapa SDA harus dimanfaatkan dengan arif dan berkesinambungan? Sebab bumi adalah rumah kita bersama, rumah dari segala makhluk dan segala generasi. Setiap manusia memiliki kewajiban untuk merawat dan memanfaatkan bumi agar segala hasil bumi yang dapat kita nikmati sekarang juga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Generasi ini banyak merampas hak generasi mendatang untuk menikmati bumi seperti dengan penebangan liar, pembakaran hutan, eksploitasi besar – besaran SDA, dan lain sebaginya. Bila tidak dihentikan, maka kita akan menyaksikan kepunahan dan kehancuran rumah kita dan akhirnya kepunahan kita, manusia.

Paus Fransiskus pernah berkata:“Kita semua dipanggil untuk membangun dunia sebagaimana Allah telah menciptakan taman yang indah untuk dirawat, dimana semua orang bisa hidup bersama.“. Hal ini menegaskan bahwa tanggungjawab untuk memanfaatkan SDA dan merawat bumi dengan  arif dan berkesinambungan adalah tugas semua orang, tanpa terkecuali! Dunia adalah hadiah yang telah kita terima secara gratis dan yang kita bagi dengan yang lain. Jika bumi diberikan kepada kita, kita tidak lagi dapat berpikir hanya menurut ukuran manfaat, efisiensi, dan produktivitas untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk seluruh manusia termasuk generasi yang akan datang.

Bagaimana memanfaatkan SDA dengan arif dan berkesinambungan untuk merawat rumah kita serta kelangsungan generasi yang akan datang? Sebagai pribadi, manusia harus menyadari perannya yaitu dengan memanfaatkan hasil-hasil alam dengan cara yang tidak merusak dan mengeksploitasi (misal: bom, pembakaran, pukat harimau, dan lain sebagainya.). Sebagai masyarakat, manusia dapat saling berkerjasama dalam membangun lingkungan yang bertanggungjawab seperti: melakukan proses tebang pilih saat menebang hutan serta melakukan reboisasi setelahnya. Sebagai bagian negara dan organisasi internasional, setiap anggota harus memperjuangkan hukum yang melindungi alam dan hasil-hasil bumi dari ekspliotasi dan penggunaan yang merusak dan tidak bertanggungjawab serta berkomitmen untuk melaksanakannya secara nyata.

Setiap insan juga harus memiliki kesadaran mengenai batasan penggunaan bersama untuk kesejahteraan bersama. Manusia tidak memikirkan sesama yang hidup saat ini saja melainkan juga generasi berikutnya, ini adalah dasar dari prinsip berkelanjuta. Melakukan kegiatan ekonomi berkelanjutan berarti masyarakat tidak boleh memakai lebih dari yang diperlukan, sumber daya entah yang tergatikan atau terbarukan. Maka dalam memafaatka SDA harus diingat bukan hanya keuntungan sediri tetapi juga kesejahteraan semua orag yaitu keseahteraan umum. Pemilik barang bertanggungjawab menggunakannya secara produktif atau membuatnya tersedia bagi orag lain yang bisa memanfaatkannya secara produktif. Sehingga semua orang dari segala kaum dan generasi dapat menikmati kekayaan alam karya Maha Agung Sang Pencipta.


“Kita memperlakukan dunia,
seolah-olah kita masih punya satu lagi tersimpan di lemari.”
-         Jane Fonda - 



Oleh: Stefanus Dominikus Christian Viming
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...