The Annunciation - Fra Angelico |
Dulu, ada masa saat kehadiran seorang anak dalam keluarga disambut dengan sukacita. Dalam tradisi manusia, ada jutaan cara merayakannya. Bagaimana manusia bersyukur atas kehadiran insan baru yang ada di rahim ibu, bagaimana menjaga tumbuh kembangnya hingga akhirnya dilahirkan dan melihat dunia. Sayang, agaknya zaman mulai berubah. Kehadiran insan baru tak lagi disambut bahagia, bahkan disesalkan keberadaannya. Insan itu seakan diragukan keinsanannya, layak dimusnahkan untuk kebaikan bersama katanya. Lantas, benarkah kehadiran seorang anak tak lagi bermakna? Benarkah hidup manusia tak lebih dari sekadar beban dan masalah belaka?
Dalam bacaan singkat ibadat sore (vesper) I Hari Raya Kabar Sukacita, dibacakan bacaan dari 1 Yohanes 1:1-2 yang berbunyi:
"Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup? Itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami."
Bacaan ini, khususnya bagian "Hidup itu telah dinyatakan" menggugahku. Bila pernyataan dan berita kedatangan Sang Firman Hidup disambut dengan sukacita, dan hidup-Nya diwartakan oleh saksi-saksi-Nya, lantas apa kabar dengan hidup citra-Nya?
Seperti yang sudah aku sampaikan di awal, di zaman ini berita kehadiran hidup manusia, citra Allah, tak lagi disambut sukacita. Hadirnya anak, kini dianggap beban. Dua garis di test pack kini membawa rasa duka, katanya segala impian dan cita-cita akan musnah karena kelahiran "makhluk kecil menjengkelkan" itu. Kontrasepsi dan aborsi pun jadi "solusi" yang dibuat manusia untuk mencegah bahkan menolak kehadiran manusia kecil ini. Tidakkah hal ini menunjukkan ada yang salah dengan manusia?
Tentu saja! Ketika hidup manusia tak lagi dihargai bahkan di rahim ibu, di mana lagi ia akan dihargai? Bila manusia, citra Allah, tak lagi dihargai, apa lagi yang harus dihargai manusia?
Aku sadar, kehadiran anak memberi tanggung jawab yang lebih kepada orang tua. Tapi, bukankah kehadiran Putra Allah pun meminta partisipasi Maria dan Yosef untuk merawat, mendidik, dan membesarkan Dia? Bukankah hidup manusia memang tak lepas dari tanggung jawab? Aku juga sadar bahwa kehadiran seorang anak kadang menuntut pengorbanan lebih dari orang tua, tapi bukankah kehadiran mereka juga dapat membawa sukacita tersendiri bagi orang tua bahkan dunia? Bukankah kehadiran mereka dapat mengubah dunia? Bayangkan, bila Maria dengan kebebasannya, menolak mengandung dan melahirkan Sang Juru Selamat atau Yosef dengan kebebasannya menolak menjadi ayah angkat-Nya dan melindungi-Nya bersama ibu-Nya, maka dunia tak akan terbebas dari dosa. Hal serupa berlaku bagi semua manusia, bagaimana bila orang tua para tokoh hebat yang mengubah dunia memutuskan untuk menolak kelahiran anaknya, maka dunia tak akan seperti sekarang, bahkan bila pola pikir seperti ini dianut semua manusia, manusia dipastikan akan punah.
Hidup telah dinyatakan! Dua garis di alat tes kehamilan itu tak hanya menandakan "kebobolan" hubungan seksual yang "tak dikehendaki", tak hanya menandakan kehadiran seorang makhluk kecil yang merampas mimpi, tak pula menandakan hadirnya masalah bertubi-tubi. Dua garis itu, menyatakan terciptanya manusia baru, manusia yang hidupnya akan memberi warna baru di dunia, manusia yang dengannya Allah berkarya! Maka, seperti inkarnasi Sabda menjadi manusia disambut dengan sukacita, marilah kita menyambut kehadiran citra-Nya dengan sukacita pula. Seperti Maria dan Yosef yang menjawab "ya" pada kehendak Allah, marilah kita, khususnya kalian para orang tua dan calon orang tua, menjawab "ya" pada kehendak Allah lewat kehidupan baru hasil cinta dan pemberian diri kalian. Maka, seperti Kristus yang hidupnya mengubah dunia dan menyelamatkan seluruh manusia, kiranya setiap manusia dengan hidupnya mengikuti Kristus dan mengubah dunia lewat caranya yang beragam. Hal itu diawali dari detik pertama pembuahan. Semoga Tuhan, Sang Pemberi Hidup, menyertai kita dan memberi kita rahmat untuk mengikuti kehendak-Nya dan menghargai hidup manusia, citra-Nya. Amin.
Vive Jésus!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar