“LAUDATO
SI mi Signore” – “Terpujilah Engkau, Tuhanku.” Dalam nyanyian yang indah ini,
Santo Fransiskus dari Assisi mengingatkan kita bahwa rumah kita bersama
bagaikan saudari yang berbagi hidup dengan kita, dan seperti ibu yang jelita
yang menyambut kita dengan tangan terbuka. “Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena
Saudari kami, Ibu Pertiwi, yang menopang dan mengasuh kami, dan menumbuhkan
berbagai bauh-buahan, berserta bunga warna-warni dan rerumputan.”
-
Paragraf I
Pengantar Ensiklik ‘Laudato Si’ Paus Fransiskus –
Bumi dan segala isinya
adalah rahmat Tuhan Yang Mahakuasa bagi manusia. Segala hasil bumi di atas
tanah, pertanian, perkebunan, hutan, dan segala isinya; di bawah tanah dengan hasil
tambang; di laut dengan segala kekayaannya adalah ‘hadiah’ takternilai dari Sang Pencipta.
Manusia, sebagai makhluk berakal budi memiliki peran dalam merawat bumi dan
segala kekayaannya, rumah kita bersama dengan arif dan berkesinambungan tak hanya
untuk kelangsungan generasi ini tetapi juga untuk kelangsungan generasi yang
akan datang.
Apa
itu pemanfaatan Sumber Daya Alam yang ‘arif’ dan ‘berkesinambungan’? Pemanfaatan
adalah suatu proses atau cara untuk memanfaatkan atau menggunakan sesuatu. Arif
berarti bijaksana, yaitu tindakan yang dilakukan dengan menggunakan akal budi
dengan cermat dan hati – hati. Sedangkan berkesinambungan berarti berlanjut
atau terus menerus. Maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan Sumber Daya Alam
(SDA) yang arif dan berkesinambungan adalah suatu cara atau proses untuk
menggunakan SDA dengan cermat dan berhati-hati agar dapat berlanjut terus –
menerus dan dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Mengapa
SDA harus dimanfaatkan dengan arif dan berkesinambungan? Sebab bumi adalah
rumah kita bersama, rumah dari segala makhluk dan segala generasi. Setiap
manusia memiliki kewajiban untuk merawat dan memanfaatkan bumi agar segala
hasil bumi yang dapat kita nikmati sekarang juga dapat dinikmati oleh generasi
yang akan datang. Generasi ini banyak merampas hak generasi mendatang untuk
menikmati bumi seperti dengan penebangan liar, pembakaran hutan, eksploitasi
besar – besaran SDA, dan lain sebaginya. Bila tidak dihentikan, maka kita akan
menyaksikan kepunahan dan kehancuran rumah kita dan akhirnya kepunahan kita,
manusia.
Paus Fransiskus pernah
berkata:“Kita semua dipanggil untuk membangun dunia sebagaimana Allah telah
menciptakan taman yang indah untuk dirawat, dimana semua orang bisa hidup
bersama.“. Hal ini menegaskan bahwa tanggungjawab untuk memanfaatkan SDA dan
merawat bumi dengan arif dan
berkesinambungan adalah tugas semua orang, tanpa terkecuali! Dunia adalah
hadiah yang telah kita terima secara gratis dan yang kita bagi dengan yang
lain. Jika bumi diberikan kepada kita, kita tidak lagi dapat berpikir hanya
menurut ukuran manfaat, efisiensi, dan produktivitas untuk kepentingan pribadi,
melainkan untuk seluruh manusia termasuk generasi yang akan datang.
Bagaimana
memanfaatkan SDA dengan arif dan berkesinambungan untuk merawat rumah kita
serta kelangsungan generasi yang akan datang? Sebagai pribadi, manusia harus
menyadari perannya yaitu dengan memanfaatkan hasil-hasil alam dengan cara yang
tidak merusak dan mengeksploitasi (misal: bom, pembakaran, pukat harimau, dan
lain sebagainya.). Sebagai masyarakat, manusia dapat saling berkerjasama dalam
membangun lingkungan yang bertanggungjawab seperti: melakukan proses tebang
pilih saat menebang hutan serta melakukan reboisasi setelahnya. Sebagai bagian
negara dan organisasi internasional, setiap anggota harus memperjuangkan hukum
yang melindungi alam dan hasil-hasil bumi dari ekspliotasi dan penggunaan yang
merusak dan tidak bertanggungjawab serta berkomitmen untuk melaksanakannya
secara nyata.
Setiap insan juga harus
memiliki kesadaran mengenai batasan penggunaan bersama untuk kesejahteraan
bersama. Manusia tidak memikirkan sesama yang hidup saat ini saja melainkan juga
generasi berikutnya, ini adalah dasar dari prinsip berkelanjuta. Melakukan kegiatan
ekonomi berkelanjutan berarti masyarakat tidak boleh memakai lebih dari yang
diperlukan, sumber daya entah yang tergatikan atau terbarukan. Maka dalam
memafaatka SDA harus diingat bukan hanya keuntungan sediri tetapi juga kesejahteraan
semua orag yaitu keseahteraan umum. Pemilik barang bertanggungjawab menggunakannya
secara produktif atau membuatnya tersedia bagi orag lain yang bisa memanfaatkannya
secara produktif. Sehingga semua orang dari segala kaum dan generasi dapat menikmati
kekayaan alam karya Maha Agung Sang Pencipta.
“Kita memperlakukan dunia,
seolah-olah kita masih punya satu lagi tersimpan di
lemari.”
-
Jane Fonda -
Oleh: Stefanus Dominikus Christian Viming